20.6.12

Malaysia : So, Is This The End?

Halo yang ada di balik layar sebelah sana, apa kabar? Baik? Ohh bagus bagus. Sama, saya juga baik dan sehat. Bagus-bagus. Gak kerasa ya empat bulan udah berlalu semenjak sesampenya saya di Indonesia setelah trip sebulan di SE Asia yang penuh memori itu berakhir. Dan post yang ngebahas tentang Malaysia ini adalah post terakhir dari rangkaian enam post di lima negara yang udah saya tulis sebelumnya yaitu : Vietnam, Kamboja, balik ke Vietnam lagi, Laos, dan Thailand. Tapi enggak kok setelah post ini saya gak bakal berhenti nulis. Kayaknya saya mulai jatuh cinta sama menulis dan bakal terus ngaktifin blog ini. Just found out, writing is a joyful experience for me :-) Mungkin ada beribu traveler yang udah ngulas tentang negara-negara yang pernah saya kunjungin. Mungkin aja saya basi, terserah!! *banting buku hehehe. Eh tapi saya percaya kalo setiap momen yang ditangkep di setiap kepala orang itu layak lho buat diceritain. Dan dengan sharing cerita, siapa tau aja ada yang terinspirasi buat ngelakuin hal yang lebih hebat. Iya gak? blog kan media bebaaas merdeka buat siapapun cerita apa pun. Setuju gak? Setuju aja ya? Ya??

Dan oke, ijinin saya buat balik lagi ke hari itu yaa..

1.6.12

Thailand : Flashback Machine and All You Can Eat Parade

"Perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku." - Paul Theroux

Backpack kembali terkemas, saya dan Hani kembali bersiap-siap untuk kembali melanjutkan perjalanan. Minivan ngejemput saya dan Hani di depan hostel Vang Vieng menuju ke Vientiene, ibukota Laos. Dari Vientiene disambung dengan menggunakan bus antar negara sampe kota Udhon Thani. Seinget saya, perjalanan Vientiene sampe kota Udhon Thani di Thailand itu gak terlalu lama, kurang dari setengah hari lah. Antrian di border juga cukup menyenangkan soalnya gak terlalu panjang dan cukup tertib. Saya bisa bilang, cukup berat buat ninggalin Laos soalnya saya bener-bener suka negara itu......tapi anggep aja ini perpisahan sementara ya.

Singkat cerita, sampelah saya dan Hani di Udhon Thani, sebuah kota kecil perbatasan di utara Thailand yang umumnya jadi pintu gerbang orang-orang yang dateng dari Laos, Vietnam Utara, atau Cina Selatan. Masih ada kurang lebih 560 kilometer jarak yang harus ditempuh buat nyampe ke Bangkok, pit stop saya dan Hani selanjutnya. Tapi enggak kok, kita belum segila itu cinta jalur darat. Kita bakal terbang dari Udhon Thani ke Bangkok dengan menggunakan pesawat Air Asia. Cuma masalahnya di sini adalah, flight kita itu baru berangkat besok subuhnya. Dan jam kedatengan saya dan Hani di kota ini udah nunjukin waktu sore hari, dan lagi-lagi kita pelit walopun uang masih ada, dan kita juga nekat, dan akhirnya kita mutusin, "Oke, kita tidur di bandara lagi aja ya malem ini...". Keputusan buat bermalam di bandara waktu itu ternyata kurang tepat. Pas jam nunjukin angka sembilan malem, feeling jelek mulai muncul pas lampu di beberapa sudut bandara mulai dimatiin. Waduh... bener aja dong jam 10 malem ternyata bandara harus tutup! Dan kita pun diusir. Ya nasib.