Ternyata saya baru pulang pagi akibat kongkow kemaren (ceilah kongkow, najong amat bahasa gue haha) yang dilanjutin bermalam di tempat temen, maklum, malem perpisahan bersama temen-temen padahal dijamin geura minggu depan juga bakal pulang lagi ke Bandung hahaha. Jadi saya gak bisa nyelesein post-post traveling yang udah saya niatin buat selesai dalam satu malam, niatnya kurang kuat. Eh bingung yah ujug-ujug saya ngomong gitu? Jangan bingung-bingung, gak perlu lah itu..mending baca aja dua post sebelumnya yang tepat ada di bawah post ini. Sipp! Saya lanjutin ceritanya yaa..
Oh iya sebelumnya, ini recap cerita saya dari tahun pertama saya rutin untuk traveling, jadi ada bagusnya buat baca dari part 1 dan part 2 nya ya...
Oh iya sebelumnya, ini recap cerita saya dari tahun pertama saya rutin untuk traveling, jadi ada bagusnya buat baca dari part 1 dan part 2 nya ya...
Cina
Pemberhentian pertama traveling ke dataran Cina yang dilakukan pada tahun 2010 (yang saya lupa bulan apa, yang jelas lagi musim hujan) adalah Hong Kong. Sejak tahun 1997, Hong Kong kembali bergabung ke daratan Cina dan bukan lagi terbilang sebagai sebuah negara. Tapi dari sistem, mata uang, dsb Hong Kong masih punya tata aturan sendiri. Bahkan dari mata uangnya aja, Hong Kong punya mata uang sendiri, yaitu Hong Kong Dollar (HKD).
Bahasa yang digunakan disini adalah Kanton, berbeda dengan mayoritas masyarakat Cina yang menggunakan bahasa Mandarin. Mungkin karena dulunya adalah bekas jajahan Inggris, disiplinnya hampir sama kayak masyarakat Eropa. Traveling kali itu masih bersama keluarga, karena memang dibiasakan trip keluarga harus dilakukan tiap tahun. Menggunakan maskapai Garuda Indonesia, economy class. Pesawat negara kita yang satu itu bagus lho sekarang, kursi nyaman, dan udah dilengkapin dengan layar monitor pribadi dengan koleksi mp3 cukup beragam jenis musik dan film-film yang up-to-date. Penerbangan memakan waktu kurang lebih empat jam, jadi saya bisa nonton dua film deh.
Bahasa yang digunakan disini adalah Kanton, berbeda dengan mayoritas masyarakat Cina yang menggunakan bahasa Mandarin. Mungkin karena dulunya adalah bekas jajahan Inggris, disiplinnya hampir sama kayak masyarakat Eropa. Traveling kali itu masih bersama keluarga, karena memang dibiasakan trip keluarga harus dilakukan tiap tahun. Menggunakan maskapai Garuda Indonesia, economy class. Pesawat negara kita yang satu itu bagus lho sekarang, kursi nyaman, dan udah dilengkapin dengan layar monitor pribadi dengan koleksi mp3 cukup beragam jenis musik dan film-film yang up-to-date. Penerbangan memakan waktu kurang lebih empat jam, jadi saya bisa nonton dua film deh.
Ada dua tempat paling favorit buat saya selama di Hong Kong, yaitu The Peak dan Victoria Harbour. Tempat-tempat tersebut yang bikin saya ngerasa "I belong to here" selama di sana. Memang bukan kawasan bermain kayak Disneyland ato kawasan Kowloon yang terkenal akan night marketnya yang murah meriah, dimana biasanya jadi destinasi utama para turis kalo berkunjung kesini. The Peak adalah kawasan paling tinggi di Hong Kong,
tempat paling nyaman selama di sana buat saya, buat naik ke atasnya, menggunakan trem yang jalannya miring 45 drajat. Oh iya, museum Madame Tussauds berlokasi di kawasan ini, itu loh museum yang isinya replika orang-orang terkenal dunia yang terbuat dari lilin. Sedangkan Victoria Harbour itu adalah apa ya..kawasan olahraga sih kalo menurut saya, hehehe soalnya pada saat saya datang, banyak orang yang lagi lari sore. Sayang saya gak bawa running shoes, jadi gak bisa bergabung :-p . Tempat itu di pinggiran dermaga, ada tamannya juga, dan kayaknya asik kalo mau piknik di sini. Kabarnya sih setiap minggu, para TKI sering berkumpul disini, dalam seminggu mereka punya waktu libur satu hari, dan biasanya itu adalah hari Minggu. Coba tonton deh filmnya Lola Amaria yang berjudul "Minggu Pagi di Victoria Park" kalo ga salah, film itu menceritakan tentang kehidupan para TKI di Hong Kong.
Victoria Harbour
Pemandangan dari atas The Peak
konon katanya walaupun namanya Disneyland, cukup sulit untuk
ketemu Mickey Mouse dkk ini. Nah yang paling mudah akses ketemu mereka itu ya di Disneyland Hong Kong ini. Mungkin karena ukurannya yang gak terlalu luas. Masih kalah dibanding Dufan!
Yang sedikit kurang di sini adalah permainan outdoor nya yang cuma sedikit.
Setelah Hong Kong, perjalanan dilanjutkan masuk ke daratan utama Cina dengan melewati perbatasan alias imigrasi. Tuh aneh kan, padahal udah gabung jadi satu negara tapi masih perlu proses yang kayak gini. Hal ini juga sama ketika masuk ke Macau. First stop di dataran utama ini, yang kalo di peta itu dataran paling guedeee untuk cuma sebuah negara doang adalah Shenzhen. Maafkan kapasitas daya inget saya, maklum ini saya nulis
tentang kejadian dua taun lalu. Shenzhen ini terkenal sebagai surga belanja, pada saat itu saya cukup kalang kabut ngejagain ibu saya yang abur-aburan terlalu kalap dengan tawaran-tawaran harga miring di setiap pertokoan hahaha. Kawasan wisata pertama yang saya kunjungi adalah Windows of The World. Tempat ini berisikan miniatur-miniatur dari tempat-tempat di dunia yang masuk ke daftar Seven Wonders. Perwakilan dari Indonesia yaitu Candi Borobudur. Tapi sayang sekali pada saat mengunjungi tempat ini, hujan derasss. Wakwaaw!
Tempat yang selanjutnya adalah Splendid of China. Jika Windows of The World menyuguhkan miniatur-miniatur keajaiban dunia, nah tempat ini berisikan miniatur-miniatur dari tempat-tempat bersejarah di Cina, salah satunya adalah Forbidden City. Ada sedikit cerita tentang Forbidden City yang berlokasi di Beijing, saya belum pernah ke sana huhu. Jadi konon dulu karena kaisar yang memimpin Cina memiliki istri hingga lebih dari angka 3000 (wtf??), Kaisar Cina tersebut memerintahkan pengawalnya untuk mengebiri 'harta berharga' dari setiap laki-laki Suku Kasim. Suku Kasim itu sendiri adalah suku yang melayani kebutuhan dari para istri dan selir kaisar tersebut. Licik ya? dia punya istri ribuan, tapi gak mau diselingkuhin! Huft! Kasian banget itu pemuda-pemuda Kasim...terribly sorry for them. Oh iya, kalo ada yang penasaran kenapa harus Suku Kasim, saya juga gak tau jawabannya ha ha ha.
Lalu kota kedua yang saya kunjungi di dataran luas ini adalah Zhuhai. Hmm..gak terlalu banyak yang saya inget dari kota ini karena saya sedikit sakit pada saat itu. Jadi lebih banyak ngabisin waktu dengan beristirahat di hotel. Landmark dari kota ini adalah The Mermaid Statue yang berlokasikan di pinggir dermaga.
Pemandangan yang wow selama perjalanan dari Hong Kong menuju dataran utama Cina (Hong Kong dan Shenzhen berada di pulau yang terpisah)
Urut dari atas (foto-foto di kota Shenzhen) :
1. bersama ayah, ibu, dan abang saya
2. miniatur Candi Borobudur di Windows of The World
3. miniatur Forbidden City di Splendid of China
Urut dari atas (foto-foto di kota Zhuhai) :
1. The Mermaid Statue di pinggir dermaga
2. pengamen jalanan
Pemberhentian yang terakhir pada trip Cina yang pertama kali ini (saya yakin saya harus balik lagi nyusurin dataran Cina suatu saat nanti! amin!) adalah Macau. Paradise for the gamblers, terutama yang domisilinya masih di kawasan Asia. Hihihi. Hampir setiap penjuru kota isinya gemerlap lampu dari kasino-kasino jika malem hari. Macau adalah bekas koloni dari Portugis dan juga memiliki mata uang sendiri yaitu bernama Pataca. Tapi ada tiga jenis mata uang yang dapat digunakan di Macau, yaitu Remimbi, ini adalah mata uang Cina yang dulu dikenal dengan nama Yuan, Pataca, dan US Dollar. Secara arsitektur dan landscape kota, atmosfir bangunan perpaduan antara Asia dan Eropa dan masih banyak gedung-gedung peninggalan masa penjajahan, jadi ada beberapa bagian dari kota Macau yang terlihat sangat Eropa gitu lah. Beberapa di antaranya adalah kawasan Senado Square atau kalo dalam bahasa Portugisnya adalah Largo do Senado. Gak jauh dari Senado Square, ada sebuah gereja yang terkenal dengan nama Ruins of St.Paul. Gereja ini dibangun pada tahun 1602 hingga 1640, dan mengalami kebakaran pada tahun 1835. Gereja yang dulunya juga memiliki gedung sekolah di sebelahnya ini mengalami kebakaran hingga dua kali dan bangunan yang tersisa hanyalah permukaan dari gerbang utamanya saja. Pada masa sekarang, sisa reruntuhan gereja ini dijadikan simbol altar untuk kota Macau. Venetian Area di Macau juga menjadi salah satu tempat yang terkenal di sini. Bangunan dan atmosfir yang dibangun, dibikin semirip mungkin dengan Venesia di Italia. Termasuk dengan disediainnya gondola walopun di dalem mall hihi. Dan lagi-lagi, ngapain ke Macau kalo gak nyoba judi! (tapi saya kalah di pertama kali nyobain judi, jadi yaudah aja gak main lagi hahaha). Oh iya, jangan lupa ngunjungi Macau Tower n nyari pengalaman sebanyak mungkin lah di sana, karena saya gak ngelakuin itu, jadi saya gak bisa cerita banyak :-p
Oh iya sedikit tips, gak ada salahnya sedikit banyak berbelanja di sini untuk brand-brand internasional, karena emang lebih murah dibanding beli di Indonesia. Contohnya adalah jaket Pull & Bear yang saya beli dengan harga 500ribu kalo dirupiahin, padahal saya pernah ngeliat barang yang sama di GI itu harganya sekitar 750ribuan. Jadi, tahan nafas..buka dompet..ambil uang..lalu keluarkan.
Urut dari atas (foto-foto di kota Macau) :
1. gereja St.Paul
2. suasana kota Macau yang mirip kayak lagi di Eropa
Pundi-pundi yang tersisa akibat kalah judi
Post terbaru untuk Southeast Asia bakal saya tulis dalam jangka waktu beberapa hari ini. Saya masih belum dapet kosan, padahal besok saya udah mulai kerja. Jadi, doain saya dapet nemuin tempat yang layak, nyaman, dengan harga masuk akal hari ini yes! Aza-aza fighting! See you again..
No comments:
Post a Comment